Sejarah Cianjur Grunge United
Medio tahun 1996 hingga awal tahun 1997, pergerakan basis massa grunge di Cianjur sejatinya telah ada, namun masih bersifat individu atau kelompok kecil dan masih tersebar di beberapa titik kawasan Cianjur diantaranya Rancabali, Pataruman, Gang Cimaya, Kaum, Bypass, Cipanas, Ciranjang dan sekitarnya (berbasis di daerah Ramayana). Pada umumnya diantara mereka semua belum saling mengenal di antara satu basis massa dengan basis massa lainnya, namun satu persatu mungkin kenal karena pertemanan di sekolah misalnya.
Dengan inisiasi dan ajakan yang hangat dari people grunge Rancabali, beberapa basis massa kemudian mulai saling kenal dan kerap bersilaturahim berkumpul di Rancabali diantaranya kelompok dari Kaum, Gang Cimaya, dan Pataruman. Dengan kebersamaan itu, eksistensi dan pergerakan basis massa Grunge Cianjur mulai tampak, teridentifikasi, dan berkembang.
Atas dorongan dan dukungan dari para people grunge yang sering kumpul di Pos Rancabali (Pos-suatu gasibu ditengah kolam) band-band Grunge Cianjur mulai bermunculan, diantaranya Rotor, Kiwi Cair, Drugstore, Fluor, Dollsteak (soundbitch), Secondshoes, Toiletroom, kemudian menyusul Magnet, Abstraks, School, Smile, dan banyak band lainnya yang rata-rata pada saat itu terinspirasi dari nama besar Freeday dan Kabel (Dalam poin ini saya mendorong Freeday dan Kabel dinobatkan sebagai Band Legend Grunge Cianjur).
Dalam kerangka menunjukkan eksistensi dan memudahkan akses pertemuan dari berbagai titik basis massa, lokasi berkumpul people grunge Cianjur dipusatkan dipelataran trotoar toko Aloha, persimpangan jalan Muh. Ali dan jalan Siti Jenab. Di masa dan dilokasi itulah menjadi salah satu masa keemasan people grunge Cianjur. Perlu dicatat dalam memori kita, Om Bento dan Om Arief adalah ikon perkumpulan pada masa itu.
Pergerakan itu semakin besar terutama ketika menjelang digelar event-event underground di Cianjur, perwakilan dari Grunge hampir selalu diisi oleh Freeday dan Kabel. Dengan sedikit rasa yang terdiskriminasikan (rata-rata hanya dua atau tiga band grunge yang tampil diantara puluhan band Under Ground lainnya) basis massa Grunge Cianjur berhasil menunjukan konsistensi dan kebesarannya disetiap event, utamanya yang bertempat di Gelanggang Generasi Muda (GGM) Cianjur.
Dengan penuh solidaritas people grunge cianjur terus hidup dan senantiasa saling mendukung, diantaranya untuk memberi dukungan pada penampilan Freeday, Kabel, Secondshoes, ataupun Kiwi Cair. Slogan "slow but garang" berhasil mereka ejawantahkan dalam berkehidupan di era pergerakan Under Ground Cianjur.
Scene komunitas bermusik saat itu pun tidak lepas dari perselisihan antar aliran, baik dengan Punk, Hard Core, Grind Core, hingga Slankers. Sempat ada suatu waktu people grunge Cianjur merasa perlu untuk tiarap dan bersembunyi demi menghindari perselisihan yang meluas. Namun terlepas dari itu semua, masa-masa tersebut adalah masa emas untuk proses pembelajaran dan pendewasaan bermusik di Cianjur.
Event-event Grunge Cianjur kemudian mulai bermunculan, diawali dengan event Cianjur Total Grunge (Papajar Grunge, GGM Cianjur), Cianjur Total Grunge di Ciranjang (Inisiasi Kabel) dan Cianjur-Sukabumi Total Grunge, kalau tidak salah acara tersebut semula akan diselenggarakan di Sukabumi, karena suatu hal kemudian dialihkan untuk diselenggarakan di Cianjur, acara tersebut diinisiasi bersama-sama Almarhum Kaka dan kawan-kawan, diantaranya Didit dan Ikok Mirantie Boreel Moonshine.
Berkaitan dengan itu, ekspansi people grunge cianjur mulai berkembang, diantaranya dengan mengikuti event-event di Bandung, Bogor, Sukabumi, Cicurug, dan daerah lainnya.
Seiring waktu, pergerakan people grunge Cianjur semakin solid dan berkembang setelah garasi suatu rumah di Jalan Otista II dijadikan sebagai Base Camp Grunge Cianjur. Diskusi, transfer skill dan pengetahuan musik, kebersamaan dan solidaritas adalah nafas dan kebiasaan yang menjadi tradisi di tengah-tengah kehidupan di Base Camp.
No seniority and zero enemy adalah mimpi yang sedikit banyak telah terwujud. Semangat tersebut penting untuk dikumandangkan sebagai upaya mempertahankan persatuan komunitas yang terdiri dari berbagai latar belakang entitas baik sekolah, kepentingan, maupun orientasi.
Di base camp itulah, regenerasi people grunge cianjur semakin terjalin dengan baik. Band-band penerus grunge cianjur pun terus bermunculan, dengan dimotori oleh Toiletroom yang senantiasa konsisten dan terus meningkatkan kualitas musikalitasnya mampu menginpirasi band-band generasi setelahnya untuk juga berkembang.
Kini pasca tidak aktifnya Base Camp, berbagai perkembangan dan transformasi band-band Grunge Cianjur tetap menunjukkan jati dirinya. Berbagai event di berbagai kota menjadikan mereka semakin matang dan semakin bersinar. Om Aphoy, Om Lucaz, Om Heru Tinu, Om Ismail, Om Kezo, Om Andy, dan Om Dazz adalah sederet nama diantara banyak nama besar yang sampai saat ini masih memiliki konsistensi tingkat tinggi dalam mengawal tetap hidupnya scene grunge di Cianjur.
Keep alive our Cianjur Grunge Scene.. [ Boyke reza levelnine, Jakarta, 16 Februari 2017 / Cianjur Grunge United ]